PREDIKSI RASULULLAH SAW TENTANG PERPECAHAN UMAT

Rasulullah saw bersabda, "(Suatu saat nanti), selangkah demi selangkah, kalian pasti akan mengikuti jejak (perilaku) orang-orang yang sebelum kalian. Saat itu, kalian akan meniru apapun yang mereka lakukan, tak ada yang tertinggal sedikitpun. Bahkan seandainya mereka masuk ke dalam lubang biawak sekalipun, kalian pun ikut memasukinya. Ingatlah bahwa bani Israil (umat Nabi Musa) telah terpecah belah menjadi 71 kelompok; seluruhnya sesat, kecuali satu kelompok yaitu kelompok Islam dan pengikutnya, ingatlah bahwa umat Nabi Isa telah terpecah menjadi 72 kelompok, seluruhnya sesat, kecuali satu kelompok, yaitu kelompok Islam dan pengikutnya. Kemudian ingatlah, bahwa kalian (umat Nabi Muhammad saw) akan terpecah belah menjadi 73 kelompok, seluruhnya sesat, kecuali kelompok Islam dan pengikutnya."

Dalam riwayat lain, beliau saw bersabda, "Umatku akan terpecah belah menjadi 73 kelompok, di antara 73 kelompok itu, kelompok yang amat besar fitnahnya terhadap umatku adalah kelompok yang menetapkan perkara-perkara agama dengan akal semata, di mana mereka mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram."

Beliau juga bersabda, "Sesungguhnya Bani Israil telah terpecah menjadi 71 kelompok; seluruhnya masuk neraka, kecuali satu kelompok. Dan umatku akan terpecah menjadi 73 kelompok; seluruhnya masuk neraka, kecuali satu kelompok." Para sahabat bertanya, "Siapakah kelompok yang satu itu wahai Rasulullah?" Beliau saw menjawab, "Yaitu kelompok yang memegang teguh sunnahku dan sunnah sahabat-sahabatku."

Perpecahan yang di sinyalir oleh Rasulullah tidaklah terjadi pada zaman beliau, tidak pula terjadi pada zaman khalifah yang empat (Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali) melainkan jauh hari sepeninggal mereka, yakni setelah wafatnya para sahabat, tabi'in dan fuqaha' (para ahli fiqh) Merekalah yang di namakan dengan Al-firqah an-najiyah (kelompok yang selamat atau berhasil) di mana Allah memelihara agama-Nya melalui mereka.

Perpecahan tersebut baru muncul setelah di cabutnya ilmu oleh Allah SWT melalui kepergian (kematian) mereka semua. Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya Allah SWT tidak akan mencabut ilmu dengan cara mencabutnya dari dada orang-orang yang telah di beri-Nya ilmu tersebut, melainkan dengan cara mematikan mereka. Oleh sebab itu, setiap meninggalnya seorang ulama, setiap itu pula ilmu tercabut dari dunia ini, sehingga tinggal hanyalah orang-orang bodoh yang sesat lagi menyesatkan." (HR. Ibnu Umar). Dalam riwayat lain, beliau mengatakan, "Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dari tengah-tengah manusia secara langsung, melainkan dengan cara mencabut nyawa para ulama, sehingga yang tinggal hanyalah orang-orang bodoh yang menjadikan orang-orang bodoh juga sebagai pemimpin mereka. Para pemimpin itu akan mengeluarkan fatwa tanpa ilmu, sehingga mereka semua menjadi umat yang sesat lagi menyesatkan."

Rasulullah saw bersabda, ".....Sesungguhnya islam itu asing ketika muncul pertama kali, dan akan kembali asing sebagaimana munculnya. Maka berbahagialah orang-orang yang asing." Sahabat bertanya, "Siapakah orang-orang asing itu wahai Rasulullah?" Jawab beliau, "Yaitu orang-orang yang memegang teguh sunnahku di saat orang-orang lain membuangnya."

Ibnu Abbas berkata, "Akan datang  suatu masa di mana pada masa itu umat Islam akan mematikan sunnah Nabi dan menghidupkan bid'ah."

Ali ibn Abi Thalib berkata, "Rasulullah pernah menyebutkan akan terjadinya fitnah (kekacauan) pada suatu masa. Ketika kami tanyakan kepada beliau bagaimana cara keluar dari fitnah tersebut, beliau saw menjawab, 'Yaitu dengan cara berpegang teguh pada Kitabullah (Al-Qur'an) yang merupakan adz-Dzikr al-Hakim (peringatan yang penuh hikmah). Al-Qur'an itu adalah ash-Shirath al-Mustaqim (jalan yang lurus), yang tidak akan pernah ternodai oleh siapapun. Itulah kitab yang ketika jin mendengarnya tak henti-hentinya berkata, "Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur'an yang menakjubkan." (QS. al-Jin (72); 1) Barang siapa yang berbicara dengannya pasti benar, dan barang siapa yang berhukum dengannya pasti adil."

Al-'Arbadh ibn Sariyah menceritakan; Suatu kali, usai melaksanakan sholat subuh berjamaah, Rasulullah saw memberikan nasehat kepada kami dengan nasehat yang membuat bercucuran air mata kami, bergetar hati kami dan terasa panas dingin tubuh kami. Kami berkata, "Wahai Rasulullah, seakan nasehatmu ini adalah nasehat yang terakhir." Dalam nasehat itu beliau bersabda, "Aku wasiatkan kepada kalian agar selalu bertaqwa kepada Allah. Sebab akan terjadi perpecahan sepeninggalku. Oleh karena itu tetaplah kalian berpegang teguh pada Sunnah-ku dan sunnah al-khulafa' ar-Rasyidin (khalfah pilihan) setelahku. Pegang eratlah sunnah itu dan genggamlah dengan sepenuh hati kalian, serta berhati-hatilah kalian terhadap ajaran-ajaran baru. Sebab setiap ajaran baru adalah bid'ah, sedangkan setiap bid'ah adalah sesat.

Rasulullah bersabda, "Siapapun yang mengajak atau mengajarkan sebuah kebaikan kepada orang lain, lalu kebaikan itu di laksanakan orang tersebut, maka ia pun mendapatkan pahala sebagaimana orang yang melaksanakannya, tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang melaksanakannya. Sebaliknya, siapapun yang mengajak atau mengajarkan sebuah kejahatan kepada orang lain, lalu kejahatan itu di laksanakan oleh orang lain tersebut, maka iapun mendapatkan dosa sebagaimana orang yang melaksanakan kejahatan tersebut, tanpa mengurangi sedikitpun dosa orang yang melaksanakannya.