Senin, 20 Desember 2010

Dunia Dalam Pandangan Allah (QS. al-Baqarah dan Ali 'Imran)

Allah SWT berfirman: "Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat. Maka tidak akan di ringankan siksa mereka dan mereka tidak akan di tolong. (QS. al-Baqarah; 86)

Dalam tafsir Fi Dhilal al-Qur'an, Sayyid quthub mengatakan bahwa yang di maksud ayat di atas adalah cara orang-orang Israil yang memegang tongkat di tengah ketika hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang mengelilinginya. Tujuan mereka adalah untuk memperoleh harta rampasan perang berikut keselamatan orang-orang Yahudi sendiri. Mereka tak perduli pasukan mana yang menang dan mana yang kalah.

Sebenarnya itu adalah cara orang-orang yang tidak percaya kepada Allah SWT. Mereka hanya menggantungkan keselamatan diri secara bulat pada kecerdasan otak dan perjalanan takdir belaka. Atau mereka cuma meminta pertolongan kepada sesama manusia, dan bukan kepada Dzat Yang Menciptakan manusia itu sendiri.

Allah SWT berfirman, "Kehidupan dunia di jadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertaqwa itu lebih mulia dari pada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang di kehendaki-Nya tanpa batas." (QS. al-Baqarah; 212)

Sayyid Quthub berkata, "Sesungguhnya ukuran yang di gunakan orang-orang kafir dalam menimbang kadar sesuatu adalah ukuran dunia, ukuran kafir atau ukuran jahiliyah. Adapun ukuran yang sebenarnya sesungguhnya ada di tangan Allah SWT.

Allah SWT  berfirman, "Di jadikan Indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang di ingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia. Dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik." (QS. Ali 'Imran; 14)

Sayyid quthub berkata, "Yang di sebutkan di sini adalah contoh dari sekian banyak nafsu syahwat. Atau yang di singgung Al-Qur'an tadi merupakan kecintaan terhadap lingkungan. Kecintaan tersebut memang menjadi nafsu utama yang menghiasi sejarah perjalanan manusia sepanjang zaman. Namun Al-Qur'an menentang dan memberi tahu kadar ukuran yang sebenarnya dari segala sesuatu yang menjadi tumpuan nafsu tersebut, agar ia diam di tempatnya dan tidak bertambah atau menjalar mencintai barang yang lain.

Yang jelas, semua yang ditentang ini adalah bagian dari kenikmatan cinta. Dan semua kenikmatan syahwat yang di contohkan tadi pada dasarnya adalah perhiasan dunia. Bukan kehidupan yang bernilai, atau sesuatu yang bisa di jadikan tabungan untuk akhirat kelak."

Allah SWT berfirman, "Perumpamaan harta yang mereka nafkahkan di dalam kehidupan ini, adalah seperti perumpamaan angin yang mengandung hawa yang sangat dingin, yang menimpa tanaman kaum yang menganiaya diri sendiri, lalu angin itu merusaknya. Allah tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri sendiri." (QS. Ali 'Imran; 117)

Sayyid Quthub berkata, "Ini adalah rentang waktu untuk menyelesaikan segala urusan. Kehancuran dan kebinasaan selesai dalam tempo itu."

Allah SWT berfirman, "Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antaramu ada yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang di limpahkan) atas orang-orang yang beriman." (QS. Ali 'Imran; 152)

Orang beriman yang di maksud dalam ayat ini adalah kaum muslimin. Ayat ini turun pada kepada mereka saat perang Uhud.
Sayyid Quthub berkata, "Al-Qur'an menyiramkan cahaya dan menerangi sesuatu yang tersembunyi dalam hati sanubari, namun kaum muslimin tidak mengetahui keberadaan tersebut."

Abdullah bin Mas'ud r.a juga berkata, "Aku tidak mengira kalau salah seorang di antara sekian banyak sahabat Rasulullah ada yang menginginkan kekayaan dunia, sehingga pada perang Uhud Allah SWT menurunkan ayat yang berbunyi-Diantaramu ada orang yang menginginkan dunia dan di antara kamu ada yang menginginkan akhirat-pada kami."
Namun dengan begitu, para sahabat yang salih mengetahui tujuan apa sebenarnya yang tersimpan dalam hati para sahabat yang munafik. Sehingga pada perang Uhud itu pasukan muslimin menderita kekalahan, agar bisa di jadikan pelajaran.

Allah SWT berfirman, "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa di jauhkan dari neraka dan di masukkan kedalam surga, maka sungguh ia sangat beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS. Ali 'Imran; 185)

Sayyid Quthub berkata, "Sesungguhnya kehidupan ini adalah perhiasan, akan tetapi bukanlah perhiasan yang sejati, bukan pula perhiasan sebenarnya yang dapat dinikmati. Perhiasan itu adalah perhiasan semu, atau perhiasan yang menipu dan memperdaya manusia, atau perhiasan yang membangun seribu bangunan kepalsuan dan ilusi. Adapun perhiasan yang hakiki adalah perhiasan untuk memperolehnya di butuhkan perjuangan, yakni surga. Dan itu hanya bisa di peroleh setelah lulus dari api neraka."

Tidak ada komentar: