Jumat, 05 Februari 2010

Penundaan Amal Ibadah

"Penundaan untuk beramal karena menanti waktu senggang, adalah timbul dari hati yang bodoh"

Adapun sifat hamba bodoh, adalah suka mempermainkan waktu dan bermain-main dengan waktu, dengan cara menunda amal, atau menomor duakan amal sehingga amal ibadahnya tertunda oleh waktu yang sempit. Atau menghabiskan waktu untuk kepentingan lain sehingga waktu untuk beramal tertinggal.

Orang yang beramal dengan menanti-nanti waktu yang senggang, sama halnya orang yang di permainkan oleh waktu. Waktu berjalan terus, sedangkan waktu luang belum juga ada, sehingga amalpun belum juga di laksanakan. Apalagi jika waktu beramal sangat kecil, sehingga peluang untuk beramal sudah tidak mencukupi.

Menunda-nunda waktu beribadah di sebabkan di sibukkan pekerjaan yang bersifat duniawi, kadang-kadang membuat orang kehabisan waktu untuk beribadah. Hal itu akan membawa akibat yang kurang baik bagi si hamba dalam mengembangkan dan mempertahankan ibadahnya. Ibadah yang tertunda tidak hanya merugikan seorang hamba, tetapi juga merusak amal itu sendiri, karena tidak diamalkan tepat pada waktunya.

Waktu manusia dikejar usianya, apabila banyak waktu yang terbuang untuk urusan dan kesibukan duniawi, sudah tentu usia kita telah dihabiskan untuk kepentingan yang bukan ukhrawi. Usia bertambah saedangkan amal berkurang.

Menghabiskan waktu untuk urusan duniawi berarti mengurangi waktu untuk ukhrawi. Waktu bertambah dan usia manusia terus menyusut. Ketika usia manusia telah sampai pada batas ketetentuannya, maka waktu untuk beramalpun telah habis. Disaat maut telah datang menjemput seorang hamba, sedang keinginan beramal masih di milikinya. Tentu saja waktu yang sudah di batasi itu tidak dapat di pergunakan lagi untuk beramal, karena di batasi oleh maut.

Oleh karena waktu yang ada pada manusia itu berpacu dengan usia, sedangkan usia itu diakhiri dengan maut, maka janganlah sampai seorang hamba menunda-nunda waktu beramal. Karena kesibukan duniawi selalu menghabiskan waktu, sedangkan kehilangan waktu beramal ibadah berarti rugi dunia akhirat.

Ingin memperoleh kenikmatan di dunia ini memang tak pernah habis dan tak pernah puas. Kesibukan satu akan diikuti kesibukan lainnya. Waktu yang kejar mengejar itu akan habis, tidak terasa bagi manusia. Ketika telah sampai kepada batas barulah manusia itu sadar, sayang waktu beramal telah pudar.

Jangan terlalu mengejar dunia, jangan pula meninggalkan akhirat. Dunia dan akhirat sama-sama dikejar. Namun demikian yang harus dimenangkan dan dilebihkan adalah hidup akhirat. Sebab itulah tujuan manusia yang terakhir. Dunia yang dikejar, kelak akan ditinggalkan, sedang akhirat dikejar, karena sudah pasti kita akan menemuinya. Akhirat adalah tempat yang kekal bagi orang yang beriman. Di sana ia akan mendapatkan jerih payahnya selama hidup di dunia.

Perlu juga diingat bahwasanya manusia di akhirat kelak bergantung pula dengan cara hidupnya di dunia. Bagusnya kehidupan dunia seseorang (secara islami) menentukan pula hidup akhiratnya. Allah Swt. mengingatkan, "Akan tetapi kamu lebih banyak memilih kehidupan duniawi, padahal kehidupan akhirat lebih baik dan lebih kekal."( AlA'la: 16-17)

Dalam mengatur waktu dalam kehidupan duniawi perlu diperhatikan hal-hal berikut:
- Utamakan kehidupan akhirat, dan jadikan hidup di dunia sebagai jembatan menuju akhirat, dan jangan menunda waktu beramal.
- Berpaculah dengan waktu, karena apabila salah menggunakan waktu, maka waktu itu akan
memenggal kita. Artinya berputus seseorang dengan waktu terputus pula amal selanjutnya.
- Mengejar dunia tidak akan ada habisnya, lepas satu datang pula lainnya. Amal yang tertunda
karena habisnya waktu akan melemahkan semangat untuk menjalankan ibadah. Akibatnya
hilang pula wujud kita sebagai hamba Allah yang wajib beribadah.
- Pergiatlah waktu beramal sebelum tibanya waktu ajal.
- Perketat waktu ibadah sebelum datang waktu berserah.
- Jangan menunda amal bakti sebelum datang waktu mati.
- Aturlah waktu untuk beramal agar kelak tidak menyesal.



Tidak ada komentar: