Sabtu, 31 Desember 2011

Abu Hasyim Ash-Shufi

Abu Hasyim Ash-Shufi, semoga ALLAH mensucikan ruhnya, bernama lengkap ‘Utsman Ibn Syarik adalah seorang maha guru sufi di Syam. Ia berasal dari Kufahdan hidup sezaman dengan Sufyan Ats-Tsawri [97-161]1.
Mengenai karibnya ini, Sufyan mengenang, “Andai taka ada Abu Hasyim niscaya tak aku ketahui seluk-beluk riya”2.Katanya lagi,”Aku belum bias mengetahui hakikat makna Sufi sampai aku melihat sendiri Abu Hasyim Ash-Shufi”.
Abu Hasyim Ash-Shufi adalah orang yang disebut dengan gelar Sufi, dan belum ada orang sebelumnya yang diberi sebutan demikian. Paling tinggi, generasi sebelumnya hanya disebut ahli zuhud, Wira’i, ahli tawakal dan pencinta ALLAH.
Begitu juga, khanaqah (tempat tinggal kaum) Sufi pertama yang dibangun adalah khanaqah yang disediakan untuk Abu Hasyim, terletak di Ramalah, Syam {sekarang masuk wilayahnPalestina].
Alkisah, pada suatu hari Penguasa Ramalah, kebetulan beragama Yahudi, keluar istana untuk berburu. Ditengah perburuan, ia melihat dua orang laki-laki yang saling bertemu, lalu menjabat tangan dan saling merangkul. Keduanya duduk dan saling mengeluarkan bekal masing-masing, kemudian makan bersama-sama dan berpisah. Si Yahudi itu begitu terpesona akan pemandangan itu. Ia panggil salah satunya yang kebetulan Abu Hasyim lalu iya tanyakan perihal tentang sahabatnya barusan.
Abu Hasyim menjawab, ” Saya tidak mengenalnya!”
“Apakah ada kekerabatan antara kalian berdua?” Tanya si Yahudi penasaran
“Tidak”.
“Lalu darimana dia?’
“Tidah tahu.”
“Lanatas kekerabatan, cinta kasih dan kedekatan apa yang menjalin kalian berdua?” Tanya si Yahudi tak habi piker.
“Ini adalah tarekat dan tradisi kami jika kami melihat seseorang dari jenis kami,”jelas Abu Hasyim.
“Apa kalian memiliki tempat atau lokasi tertentu untuk tempat berkumpul dan istirahat?”
“Tidak!”
“(Kalau begitu) akan ku bangun sebuah rumah untuk Anda di ramalah sehingga kita bias saling berkumpul bersama disana!” titah sang penguasa Yahudi itu.
Benar, si Yahudi langsung membangun sebuah rumah di Ramalah, lantas menamainya Khanaqah.
Syaikh Al-Islam, semoga allah mensucikan ruhnya, mengomentari rumah ini dalam bait sajak:

(Ia adalah)


Sajak lain:

Ia adalah tonggak, tembok dan rumah

* * *
Abu Hasyim berkata: “Membongkar gunung dengan jarum lebih mudah dari pada mengeluarkan kesombongan dari dalam hati.”

* * *
Pada suatui pagi, Abu Hasyim melihat Surayh al-Qadli3 [w. 179], alias Abu’Abd Allah an-Nakha’I al-Kufi, keluar dari rumah Yahya Ibn Khalid al-Barmaki4 .ia pun langsung menangis sembari berdoa, “Aku berlindung pada ALLAH dari ilmu yang tidak bermanfaat.”

* * *
Aforisma lain dari Abu Hasyim, “Khidmat seseorang terhadap dirinya untuk berperilaku mulia adalah pelajaran bagi keluarganya.:

* * *
Manshur Ibn ‘Ammar al-Dimsyaki mengisahkan:
(Suatu kali) Abu Hasyim sakit meradang ajal, saya tanyakan kepadaya,”Bagaimana kau dapati diri anda?” Ia menjawab,”Aku melihat bencana besar! Akan tetapi cinyanya lebih besar daripada bencana (yang ditimpanya).”Artinya, seberat apa pun sebuah bencana, ia terasa ringan di sisi cinta kasihnya.
Dengan bahasa lain, Syaikh Al-Islam menyatakan:”Jikalau bencana itu sebesar hawa nafsu, maka apa artinya hawa nafsu.”[]

Tempat tinggal yang diatasnya
Terdapat jejak–jejak kekasih

Tempat tinggal terbaik
Yang ditempati pemilik rumah terbaik
Dan semoga selamanya
Allah memberikan tawfik yang terbaik
Untuk orang-orang terbaik

Tidak ada komentar: